Saudaraku...
Kadang apa yang tidak kita sukai, akan memberikan kebaikan yang banyak.
Semuanya sudah diatur oleh Allah Yang Maha Penyayang.
Demikian juga dengan memiliki anak yang cacat.
Secara zhohir kita tidak suka, tetapi bisa jadi akan mendatangkan cinta kita kepadanya dan cinta kepada Allah yang sangat besar.
"Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui." (QS Al Baqarah : 216)
Demikian juga yang di alami seorang penduduk Madinah dewasa ini yang berusia 37 tahun, telah menikah, dan mempunyai beberapa orang anak. Ia termasuk orang yang suka lalai, dan sering berbuat dosa besar, jarang menjalankan shalat, kecuali sewaktu-waktu saja, atau karena tidak enak dilihat orang lain. Penyebabnya, tidak lain karena ia bergaul akrab dengan orang-orang jahat dan para dukun. Tanpa ia sadari, syetan setia menemaninya dalam banyak kesempatan.
Ia bercerita mengisahkan tentang riwayat hidupnya: "Saya memiliki anak laki-laki berusia 7 tahun, bernama Marwan. Ia bisu dan tuli. Ia dididik ibunya, perempuan shalihah dan kuat imannya. Suatu hari setelah adzan maghrib saya berada di rumah bersama anak saya, Marwan. Saat saya sedang merencanakan di mana berkumpul bersama teman-teman nanti malam, tiba-tiba, saya dikejutkan oleh anak saya. Marwan mengajak saya bicara dengan bahasa isyarat yang artinya,
"Mengapa engkau tidak shalat wahai Abi?"
Kemudian ia menunjukkan tangannya ke atas, artinya ia mengatakan bahwa
"Allah yang di langit melihatmu".
Terkadang, anak saya melihat saya sedang berbuat dosa, maka saya kagum kepadanya yang menakut-nakuti saya dengan ancaman Allah. Anak saya lalu menangis di depan saya, maka saya berusaha untuk merangkulnya, tapi ia lari dariku. Tak berapa lama, ia pergi ke kamar mandi untuk berwudhu, meskipun belum sempurna wudhunya, tapi ia belajar dari ibunya yang juga hafal Al-Qur'an. Ia selalu menasihati saya tapi belum juga membawa faidah. Kemudian Marwan yang bisu dan tuli itu masuk lagi menemui saya dan memberi isyarat agar saya menunggu sebentar, lalu ia shalat maghrib di hadapan saya. Setelah selesai, ia bangkit dan mengambil mushaf Al-Qur'an, membukanya dengan cepat, dan menunjukkan jarinya ke sebuah ayat (yang artinya):
"Wahai bapakku, sesungguhnya aku khawatir bahwa kamu akan ditimpa adzab dari Allah Yang Maha Pemurah, maka kamu menjadi kawan bagi syaithan" (QS. Maryam: 45).
Kemudian, ia menangis dengan kerasnya. Saya pun ikut menangis bersamanya. Anak saya ini yang mengusap air mata saya. Kemudian ia mencium kepala dan tangan saya, setelah itu berbicara kepadaku dengan bahasa isyarat yang artinya,
"Shalatlah wahai ayahku sebelum ayah ditanam dalam kubur dan sebelum datangnya adzab!"
"Demi Allah, saat itu saya merasakan suatu ketakutan yang luar biasa. Segera saya nyalakan semua lampu rumah. Anak saya Marwan mengikutiku dari ruangan satu ke ruangan lain sambil memperhatikan saya dengan aneh. Kemudian, ia berkata kepadaku (dengan bahasa isyarat),
"Tinggalkan urusan lampu, mari kita ke Masjid Besar (Masjid Nabawi)."
Saya katakan kepadanya, "Biar kita ke masjid dekat rumah saja." Tetapi anak saya bersikeras meminta saya mengantarkannya ke Masjid Nabawi.
Akhirnya, saya mengalah kami berangkat ke Masjid Nabawi dalam keadaan takut. Dan Marwan selalu memandang saya.Kami masuk menuju Raudhah. Saat itu Raudhah penuh dengan manusia, tidak lama datang waktu iqamat untuk shalat isya', saat itu imam masjid membaca firman Allah (yang artinya),
"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syetan. Barangsiapa yang mengikuti langkah-langkah syetan, maka sesungguhnya syetan itu menyuruh mengerjakan perbuatan keji dan munkar. Sekiranya tidaklah karena karunia Allah dan rahmat-Nya kepada kamu sekalian, niscaya tidak seorang pun bersih (dari perbuatan-perbuatan keji dan munkar itu) selama-lamanya, tetapi Allah membersihkan siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Allah Maha Mendengar dan Maha Mengetahui" (QS An-Nuur: 21).
Saya tidak kuat menahan tangis. Marwan yang berada disampingku melihat aku menangis, ia ikut menangis pula. Saat shalat ia mengeluarkan tissue dari sakuku dan mengusap air mataku dengannya. Selesai shalat, aku masih menangis dan ia terus mengusap air mataku. Sejam lamanya aku duduk, sampai anakku mengatakan kepadaku dengan bahasa isyarat, "Sudahlah wahai Abi!" Rupanya ia cemas karena kerasnya tangisanku. Saya katakan, "Kamu jangan cemas." Akhirnya, kami pulang ke rumah. Malam itu begitu istimewa, karena aku merasa baru terlahir kembali ke dunia.
Istri dan anak-anakku menemui kami. Mereka juga menangis, padahal mereka tidak tahu apa yang terjadi.
Marwan berkata tadi Abi pergi shalat di Masjid Nabawi. Istriku senang mendapat berita tersebut dari Marwan yang merupakan buah dari didikannya yang baik.
Saya ceritakan kepadanya apa yang terjadi antara saya dengan Marwan. Saya katakan:
"Saya bertanya kepadamu dengan menyebut nama Allah, apakah kamu yang mengajarkannya untuk membuka mushaf Al-Qur'an dan menunjukkannya kepada saya?"
Dia bersumpah dengan nama Allah sebanyak tiga kali bahwa ia tidak mengajarinya. Kemudian ia berkata:
"Bersyukurlah kepada Allah atas hidayah ini."
Malam itu adalah malam yang terindah dalam hidup saya. Sekarang -alhamdulillah saya selalu shalat berjamaah di masjid dan telah meninggalkan teman-teman yang buruk semuanya. Saya merasakan manisnya iman dan merasakan kebahagiaan dalam hidup, suasana dalam rumah tangga harmonis penuh dengan cinta, dan kasih sayang.Khususnya kepada Marwan saya sangat cinta kepadanya karena telah berjasa menjadi penyebab saya mendapatkan hidayah Allah."
Subhanallah...
Anak itu memantulkan cahaya Allah pada ayahnya....
Meski dia buta dan tuli, tapi masih punya mata dan hati.
Meski dia cacat tapi dia sempurna di hadapan Allah.
Mungkin itu pelajaran kita semua menilai orang itu jangan dari segi phisiknya saja.
Dan kita yang tidak cacat seharusnya lebih mudah menerima hidayah.
Atau kalau tidak mau memanfaatkan untuk mendapat hidayah...
Jangan-jangan hawa nafsu kita yang sudah dituhankan.
"Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya, dan Allah membiarkannya sesat berdasarkan ilmu-Nya dan Allah telah mengunci mati pendengaran dan hatinya dan meletakkan tutupan atas penglihatannya? Maka siapakah yang akan memberinya petunjuk sesudah Allah (membiarkannya sesat). Maka mengapa kamu tidak mengambil pelajaran?" (QS Al Jatsiyah : 23)
Infolinks In Text Ads
About Me
- ilmu dan amal
- Purwakarta, jawa barat, Indonesia
- orng yang selalu ingin tahu, dan selalu ingin tempe..heheheh becanda
Blog Archive
Arsip Blog
Diberdayakan oleh Blogger.
Jumat, 07 Januari 2011
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Total Tayangan Halaman
Sponsor
Category
- Dongeng (3)
- Hiburan (2)
- Iinformasi (9)
- info (17)
- Pendidikan (10)
- puisi (8)
- sejarah (5)
Entri Populer
-
Ini adalah beberapa Uraian Mengenai KAPULAGA Nama latin : Amamum campactum soland Famili : Zingiberaceae Daerah : Bali : Kapolagha, Jawa ...
-
1. Budidaya Ikan Lele jika kita menggunakan mesin pencari untuk mempelajari teknik budidaya lele, maka kita akan menemukan banyak sekali ar...
-
1.Mengambil kursus pendek: Sejumlah kursus-kursus bahasa sekarang tersedia di mana-mana, di universitas atau perguruan tinggi lokal. Inter...
-
Generator arus bolak-balik berfungsi mengubah tenaga mekanis menjadi tenaga listrik arus bolak-balik. Generator Arus Bolak-balik sering dise...
-
Kawasan Wanayasa terletak sekitar 23 km dari kabupaten Purwakarta , dengan cuaca dan udara yang sejuk dan berlatar belakang gunung Buran...
-
Ada fakta menarik mengenai asal muasal nama Subang. Pada tanggal 1 Januari 1870 Kademangan Ciherang dipindah ke desa Wanareja k...
-
Membuat AutoShape Klik tab Insert Klik icon Shapes Klik tanda panah kebawah Pilih bentuk yang diinginkan Letakkan penunjuk mouse diawal gam...
0 komentar:
Posting Komentar